Selamat datang, selamat mengikuti workshop,
mudah-mudahan bisa berguna sepulangnya di daerah masing-masing dan ditularkan
pada Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) lain kabupaten dan kota masing-masing.
Demikian disampaikan Ambar Sulistyorini, Kepala Bidang Komunikasi Publik Dinas
Kominfo Jawa Timur saat membuka Workshop Literasi Digital dan Citizen
Journalism yang dihelat Dinas Kominfo Jatim mulai tanggal 26 hingga 29 Maret yang
lalu.
“Workshop kali ini mempersiapkan
penggiat KIM dalam Lomba Cerdik Cermat Komunikatif (LCCK) 2018,” ujar
Ambar. Selain itu, lanjutnya, workshop ini juga memberikan
panduan agar KIM lebih terlatih baik cara menulis maupun melakukan kampanye
literasi digital. “Harapannya adalah KIM dapat menjadi reporter lokal yang
menginformasikan potensi lokal tiap daerah,” tambahnya.
Ditambahkan Ambar, calon peserta
LCCK tahun 2018 harus melakukan registrasi online pada web KIM Jatim dan menulis
berita atau pun artikel dari KIM yang diungggah di web kim.jatimprov.go.id
Dalam workshop tersebut disampaikan
tiga materi oleh Eko Setiawan, Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik Dinas Kominfo
Prov. Jatim yaitu literasi digital, citizen jurnalism, dan registrasi
KIM. “Materi literasi digital diambil karena ini merupakan tugas KIM untuk
mencerdaskan masyarakat disekitar. Fokus workshop kali ini adalah mengenai hate
speech dan hoax,” ujar Eko.
Pada kesempatan itu disampaikan juga
bagaimana mengenali hoax yang ada di media saat ini. Termasuk cara mengenali hoax
paling sederhana di google image. “Bentuk literasi seperti apa yang harus
dilakukan KIM? yang paling dasar adalah pengenalan masyarakat tentang UU ITE (Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik) kepada masyarakat,” jelas Eko. Sehingga,
lanjut Eko, tidak ada lagi warga disekitar KIM yang tersandung UU ITE yang
kedua adalah metodologi identifikasi hoax pada masyarakat.
Untuk mendukung KIM agar dapat
menjadi reporter lokal, citizen journalism kemudian menjadi penting untuk
dipelajari. “Judul yang menarik, visual yang menarik akan mempengaruhi berita,”
ujar Eko, “Hanya 20% audiens yang betul-betul membaca, selebihnya sekitar
80% adalah melalui visual,” jelasnya. Berikutnya juga disampaikan teknik wawancara
yang baik dan bagaimana merubah wawancara menjadi berita. (KIM Anyelir)
0 komentar:
Posting Komentar